Kamis, 07 Februari 2008

KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM KONTEK KEARIFAN LOKAL

PENGEMBANGAN KARAKTERISTIK DAN KOMPETENSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM KONTEK KEARIFAN LOKAL

BAB I
PENDAHULUAN
1. Kearifan Lokal Dalam Pendidikan
Nilai kearifan local adalah merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya, kini banyak mulai ditinggalkan seiring dengan perkembangan jaman yang dipengaruhi kemajuan tehnologi dan derarsnya arus inforamasi yang sangat cepat membuat dunia seakan-akan tidak ada sekatnya, namun perkembangan jaman yang begitu pesat ini masih banyak nilai-nilai atau ajaran-ajaran yang luhur dari para pendahulu yang masih relevan dengan kondisi-kondisi sekarang ini.
Para leluhur kita seperti Srisusuhunan Pakubuwono IV dalam serat Wulangreh-nya dapat kita jumpai ajaran-ajaran luhur , juga bapak Pendidikan Nasional kita yaitu KH. Dewantara atau R.M. Suwardi mengemukan tentang ajaran-ajaran luhur yang berkaiatan dengan perguruan Taman Siswa, dan dalam tulisan ini penulis akan mengambil salah satu ajaran yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara.
Pada saat mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa KH. Dewantara banyak sekali menghadapi banyak tantangan, karena pada saat itu Indonesia dalam cengkeraman bangsa penjajah yaitu Belanda, dengan berbagai cara pemerintah kolonial Belanda tidak menginginkan berdirinya lembaga pendidikan Taman Siswa karena bagi belanda itu merupakan sebuah ancaman yang sangat besar bagi keberadaan Belanda di Indonesia.

2. Tantangan Taman Siswa
Tantangan Tamana Siswa dari pemerintah kolonial Belanda yaitu:
membeslah semua barang-barang Taman Siswa yang dianggap tidak mau membayar pajak.
masalah tunjangan anak.
masalah pajak upah.
undang-undang sekolah liar pada tahun 1932.
Darsiti Soeratman; (1985:106)
Untuk mempertahankan eksistensi lembaga pendidikan Taman Siswa KH. Dewantara menanamkan ajaran kepada para siswa dan pamong untuk menentang pemerintah colonial Belanda, penentangan itu diwujudkan dengan ajaran –ajaran yang sangat luhur. Dengan ajaran itu ternyata mampu mempertahankan eksistensi Taman Siswa.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Ajaran KH. Dewantara
Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh KH. Dewantara pada saat ini masih layak untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran ini muncul dengan banyaknya tantangan yang dihadapi oleh Taman Siswa pada saat itu, tantangan atau masalah yang sangat besar ketika pemerintah colonial Belanda menerapkan undang-undang sekolah liar pada tahun 1932, dengan keberadaan itu munculah ajaran yang disampaikan oleh KH. Dewantara yang ternyata mampu mempertahankan eksistensi Taman Siswa, dan ajaran itu adalah :
Tetep – Mantep – Antep
Ngandel – Kendel – Bandel – Kendel
Neng – Ning – Nung – Nang

2. Pengertian Ajaran Kearifan Lokal KH Dewantara
Tetep – Mantep – Antep
tetep atau tetap = untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan perlulah selalu dalam pekerjaan, jangan menoleh ke kanan atau ke kiri, keteguhan hati
mantep atau berbesar hati = tidak ada kekutan yang mampu menahan kita.
Antep atau berat = tidak mudah dihambat atau dipatahkan lawan, tangguh.
Ngandel – Kendel – Bandel – Kendel
Ngandel atau yakin = yakin atas penguasa Tuhan atas kekutan diri sendiri, percaya diri.
Kendel atau berani = keberanian menghidarkan rasa takut, berani atas dasar kebenaran.
bandel atau tawakal tau tahan = mampu, kuat untuk menderita, tabah, ulet.
Kendel atau tebal = meskipun menedrita tetap kuat badanya
Neng – Ning – nung – Nang
neng - meneng atau diam = mempunyai ketenteraman lahir dan batin
ning-wening atau bening = pikiran yang jernih, dapat membedakan antar yang baik dan jelek, yang benar dan salah, jujur.
Nung-hanung atau kuat, sentosa = mempunayai kemauan yang kuat untuk mencapai sesuatu.
Nang-wewenang atau menang = berhak atas usahanya.
Darsiti Soeratman; (1985:107)

3. Pemahaman Konsep Ajaran
A. Ajaran tetep – mantep – antep = dalam meraih kenginan kita harus berjalan tertib dan maju, setia terhadap dasar-dasar , harus berbesar hati dan mempunyai ketguhan hati agar tidak terpengaruh oleh kekutan yang ingin membelokan dengan demikian kita dapat dihambat oleh lawan.
B. Ajaran ngandel – kendel – bandel – kendel = orang yang mempunyai keberanian diri akan menumbuhkan rasa percaya diri, akan mudah untuk tawakal.
C. Ajaran neng – ning – nung – nang = mengajarkan kepada kita bahwa barang siapa yang bisa ‘diam’ tentu dia akan mudah berpikir jernih, lalu jadilah dia orang yang kuat kemauanya, dan akhirnya orang itu berhak atas kemenanganya, usahanya.
Darsiti Soeratman; (1985:108)
Ajaran luhur KH. Dewantara mengajarkan kepada kita untuk selalu berjalan tertib, memegang dasar-dasar , tidak mudah terpengaruh oleh kekuatan atau budaya yang belum tentu cocok dengan budaya kita, mempunyai keprcayaan diri, dapat dipercaya, berani dalam kebenaran, tawakal, jernih dalam berpikir, tidak banyak bicara, mempunyai kemauan yang kuat agar dapat meraih tujuan.

4. Ajaran Kearifan Lokal Dalam Kepemimpinan Sekolah
Pendidikan di Indonesia sekarang ini mengemban misi pemertaan pendidikan, dalam pengelola kualitas pendidikan juga mengemban tugas yang berat karena menyangkut harkat dan martabat bangsa Indonesia . Pendidikan nasional menghadapi pengaruh lingkungan eksternal, perkembangan ekonomi, budaya, politik dan ilmu dan tehnologi sehingga perlunya antisipasi untuk keperluan masa depan bangsa, perubahan paradigma baru dalam dunia pendidikan sangat diperlukan untuk menjawab perkembangan global.
Kepemimpinan dalam TQM diapandang sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu harus memiliki visi dan misi atau pandaangan jauh ke depan. Gaya kepemimpinan seorang kepala sekolah sangat mempengaruhi dalam mengelola sekolah tersebut, dia lebih sebagai seorang leader, untuk itu pemimpin harus :
Lebih banyak mengarahkan daripada mendorong atau memaksa
lebih bersandar pada kerja sama dalam menjalankan tugas dibandingkan pada kekuasaan (SK).
Senantiasa selalu menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi, bukanya menciptakan ketakutan.
Senantiasaa menunjukan bagaimana cara melakukan sesuatu daripada menunjukan bahwa dia tahu sesuatu.
Senantiasa mengembangkan suasana antusias buksnys mengembangkan suasana yang menjemukan.
Senantiasa memperbaiki kesalahan yang ada daripada menyalaahkan kesalahanpada seseorang, bekerja dengan penuh ketangguhan bukanya ogah-ogahan karena serbaa kekurangan. ( Boediono,1998, ditulis oleh Portal Dunia Guru.com, Dunia Guru, 2007 )

5. Masalah-Masalah Dalam Pengelolaan Pendidikan
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Hanafiah, dkk adalah : pertama sikap mental para pengelola pendidikan, baik yang memimpin maupun yang dipimpin. Yang dipimpin bergerak karena perintahï atasan, bukan karena rasa tanggung jawab. Yang memimpin sebaliknya, tidak memberi kepercayaan, tidak memberi kebebasan berinisiatif, mendelegasikan wewenang.
Masalah kedua adalah tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program. Hampir semua program dimonitor dan dievaluasi dengan baik, Namun tindak lanjutnya tidak dilaksanakan. Akibatnya pelaksanaan pendidikan selanjutnya tidak ditandai oleh peningkatan mutu.
Masalah ketiga adalah gaya kepemimpinan yang tidak mendukung. Pada umumnya pimpinan tidak menunjukkan pengakuan dan penghargaan terhadap keberhasilan kerja stafnya. Hal ini menyebabkan staf bekerja tanpa motivasi. Masalah keempat adalah kurangnya �rasa memiliki� pada para pelaksana pendidikan. Perencanaan strategis yang kurang dipahami para pelaksana, dan komunikasi dialogis yang kurang terbuka. Prinsip �melakukan sesuatu secara benar dari awal� belum membudaya. Pelaksanaan pada umumnya akan membantu sustu kegiatan, kalau sudah ada masalah yang timbul. Hal inipun merupakan kendala yang cukup besar dalam peningkatan dan pengendalian mutu. (M. Jusuf Hanafiah dkk, 1994:8).
Kepala sekolah merupakan salah satu sumber daya sekolah yang disebut sumber daya manusia jenis manajer yang memiliki tugas dan fungsi mengkoordinasikan dan menyerasikan sumber daya manusia jenis pelaksana melalui input manajemen selebihnya agar SDM-P menggunakan jasanya untuk bercampur tangan dengan sumber daya selebihnya, sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik.

6. Karakteristik Kepala Sekolah Tangguh
Karakteristik kepala sekolah tangguh dapat digambarkan sebagai berikut ( Slamet,PH, 2000, ditulis Portal Guru, Dunia Guru, 2007) :
A. Memiliki wawasan jauh kedepan (visi) dan tahu tindakan apa yang harus dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara yang akan ditempuh (strategi).
B. Memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan seluruh sumberdaya terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan sekolah
C. Memiliki kemampuan untuk merencanakan daan melaksanakan keputusan dengan baik.
D. Memiliki kemampuan mengambil keputusan dan terampil ( cepat, tepat, cekat, dan akurat).
E. Memiliki kemampuan memobilisasi sumber daya yang dilmiliki untuk mencapai tujuan dan mampu menggugah untuk melalakukan hal-hal yang penting dalam mencapai tujuan sekolahnya.
F. Memiliki toleransi terhadap perbedaan setiap orang.
G. Memiliki kemampuan memarangi musuh-musuh kepala sekolah yaitu ketidakpedulian, kecurigaan, imitasi, arogansi, pembohong, kaku, bermuka dua dalm bersikap dan bertindak.
Kepala sekolah menggunakan "pendekatan sistem" sebagai dasar cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berpikir sistem (bukan unsystem), yaitu berpikir secara benar dan utuh, berpikir secara runtut (tidak meloncat-loncat), berpikir secara holistik (tidak parsial), berpikir multi-inter-lintas disiplin (tidak parosial), berpikir entropis (apa yang diubah pada komponen tertentu akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya); berpikir "sebab-akibat" (ingat ciptaan-Nya selalu berpasang-pasangan); berpikir interdipendensi dan integrasi, berpikir eklektif (kuantitatif + kualitatif), dan berpikir sinkretisme.
Kepala sekolah memiliki input manajemen yang lengkap dan jelas, yang ditunjukkan oleh kelengkapan dan kejelasan dalam tugas (apa yang harus dikerjakan, yang disertai fungsi, kewenangan, tanggungjawab, kewajiban, dan hak), rencana (diskripsi produk yang akan dihasilkan), program (alokasi sumberdaya untuk merealisasikan rencana), ketentuan-ketentuan/limitasi (peraturan perundang-undangan, kualifikasi, spesifikasi, metoda kerja, prosedur kerja, dsb.), pengendalian (tindakan turun tangan), dan memberikan kesan yang baik kepada anak buahnya.

7. Gaya Kepemimpinan Dalam Kontek TQM
Gaya kepemimpinan yang tepat dalam kontek TQM adalah kepemimpinan yang lebih tinggi tingkatanya, yang maksudnya adalah upaya mencari masukan dari karyawan yang diberdayakan, mempertimbangkan masukan dan bertindak berdasarkan masukan itu, jadi pemberdayaan adalah kunci dari gaya kepemimpinan ini.
Karakteristik kepemimpinan yang harus dimiliki seorang manajer agar bawahanya dapat setia kepadanya, diantaranya adalah sebagai berikut :
Rasa tanggung jawab yang besar.
Disiplin pribadi
Bersifat jujur.
Memiliki kreditbilitas yang tinggi
Menggunakan akal sehat ( common sense) sehingga dapat mneentukan kapan harus bersikap fleksibel dan kapana harus bersikap tegas.
Memiliki energi dan stamina yang tinggi.
Memegang teguh komitmen terhadap tujuan organisasi, setiap orang yang bekerja denganya, dan terhadap pengembangan pribadi dan profesionalnya secara berkesinambungan.
Setia dan tabah dalam menghadapi segala situasi, termasuk situasi yanag paling sulit.
Manajemen sekolah yang efektif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan, ada beberapa faktor yang menyebabkan mutu pendidikan rendah terletak pada unsur-unsur :
kurikulum
sumber daya ketenagaan
sarana dan fasilitas
manajemen sekolah
pembiayaan pendidikan
kepemimpinan.
Syafaruddin (2001:14)
Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka penulis hanya akan mengambil satu unsure saja yaitu kepemimpinan, sebagai salah satu unsure dalam penerapan konsep pendidikan yang berdasarkan pada ajaran kearifan local yang telah penulis samapikan di atas.
Dalam upaya memperbaiki kualitas sekolah unsure kepemimpinan , dalam hal ini yang dimaksud adalah kepala sekolah, memegang peranan penting dalam menjalankan organisasinya.
` Hakikat kepemimpinan yang efektif adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau memdorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu sasaran dalam situasi tertentu. Allan Tucker (1992), ditulis oleh Syfaruddin (2001: 50). Dalam memimpin seorang kepala sekolah harus dapat mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan sukarela, dengan demikian seorang kepala sekolah dituntut mempunyai kompetensi, yaitu:
visi
ketraampilan perencanaan
berpikir kritis
ketrampilan kepemimpinan
ketrampilan mempengaruhi
ketrampilan hubungan interpersonal
empati
pengembangan
percaya diri
keteguhan hati
toleransi. (Hoy dkk. 2000), ditulis oleh Syfaruddin (2001:64)
Dari beberapa kompetensi tersebut penulis hanya akan mengambil 3 kompetensi sebagai dasar untuk menjelaskan ajaran kearifan lokal yang telah ditulis di depan, yaitu :

8. Kompetensi Kepala Sekolah Dalam Kontek Kearifan lokal
Pecaya diri
Keteguhan hati
Toleransi
Kompetensi tersebut dapat penulis jabarkan sbb:
a. Percaya diri
1. kemampuan untuk merasa yakin akan potensi pribadinya
2. kemapuan mendemonstrasikan dengan tegas tanpa permusuhan
3. kemampuan menrima umpan balik
4. kemampuan menyampaikan tantangan kepada orang lain.
5. Kemampuan menyampaikan umpan balik untuk mengembangkan kepercayaan diri.
b. Keteguhan hati
1. komitmen terhadap tugas
2. kemampuan membuat strategi
3. kemampuan mengenali iklim yang diperlukan
c. Toleransi
1. kemampuan mendemonstrasikan ketabahan,ulet dalam situasi tertekan
2. kemampuan menyatakan penilaian yang sesuai.
3. Kemampuan memlihara keseimbangan antara beberapa prioritas.
4. Kemampuan menyisakaan secara efektif suatu tingkat pekerjaan
5. Kemampuan memperhitungkan tingkatan stress orang lain.
Syafaruddin, (2001:65)
Peranan pemimpin sekolah mempunyai kemampuan mengembangkan budaya mutu di sekolah, maka seorang kepala sekolah memiliki :
1. visi yang jelas
2. komitmen yang tinggi
3. kemampuan mengkomonikasikan pesan
4. kemampuan memimpin pengembangan
5. sikap teguh
6. kemampuan mengarahkan inovasi
7. kemampuan membangun kelompok kerja aktif
8. kemampuan mengevalusi dan memperbaiki

Dengan demikian keberhasilan kepala sekolah adalah kemampuan dalam menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif, yang kegiatanya yaitu dengan mempengaruhi, mengajak dan mendorong elemen sekolah untuk menjalankaan tugas masing-masing dengan komitmen yang tinngi. Kepuasan pelanggan merupakan tujuan yang utama dalam penyelenggaraan pendidikan.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ajaran tentang kearifan local merupakan asset bangsa yang perlu dilestarikan
Ajaran kearifan local sampai dengan sekarang ini masih relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam dunia pendidikan
Dalam mengelola sekolah diperlukan seorang sosok pemimpin yang mampu menjadi teladan terhadap bawahanya.
Kepala sekolah harus mempunyai sifat-sifat atau karakteristik sebagai seorang pemimpin maupun sebagai seorang manajer dalam mengelola organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.











Daftar Pustaka

Soeratman,Darsiti, 1985. Ki Hajar Dewantara, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Syafaruddin, 2001. manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi, Jakarta: Grasindo
Tjiptono F, Diana A. 2001. Total Quality Management, Yogyakarta , Andi Yogyakarta.
Sallis E, 2006, Total Quality Management in Education, Jogjarta, IRciSoD
www. Portal Dunia Guru, 2007 , Artikel, Dunia Guru, 5 November 2007

Tidak ada komentar: